Alzier Dianis Thabranie (ADT), politikus senior, keseniorannya terlihat jelang Pemilu 2024. Jauh-jauh hari, media seperti “koor” atau paduan suara menulis tentang dirinya yang dicalonkan Partai Golkar untuk DPR RI dari Dapil 1 Lampung.
Upayanya merawat hubungan baik dengan para kuli tinta apalagi kini pembina Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Lampung, ADT tetap mempesona dan jadi “media darling”. Kata orang zaman now, jam terbangnya coy.
Tapi, dalam tulisan ini, saya tak mengulas soal pertemanannya dengan kawan-kawan jurnalis, tapi ingin mengintip sedikit langlah kudanya dalam permainan catur politik daerah ini hingga bisa masuk kembali ke Partai Golkar bahkan ada di garis depan Dapil I Lampung.
Alzier, setelah merasa dikhianati DPP PPP, pertengahan tahun lalu, bermanuver melirik kembali rumah lamanya, Partai Golkar Lampung. Namun, tak mudah, hubungannya dengan Ketua Golkar Lampung Arinal Djunaidi, pasang surut. Alzier kerap mengkritik pedas kepemimpinan Arinal sebagai gubernur Lampung.
Di Novotel, Kota Bandarlampung, ketika pelantikan JMSI Lampung yang dihadiri Ketua KPK Firli Bahuri pada April lalu, semua mata menyaksikan mencairnya hubungan keduanya. Tak berat-berat ternyata melumerkan kebekuan kedua sahabat lama itu, cukup ngobrolin batu cincin aja.
Sejak itu, politikus kelahiran 8 November 1957 ini tak lagi terdengar mengusik Arinal. Namun, langkahnya pulang kembali ke rumah partai yang pernah dipimpinnya selama tiga periode belum juga ada tanda-tanda lampu hijau dari kepengurusan Partai Golkar Lampung.
Ketua Golkar Bandarlampung Yuhadi saja yang sempat “manjau” ke rumah Alzier pascamencairnya hubungan Alzier-Arinal. Namun, setelah itu, tak terdengar lagi langkah-langkah lanjutannya apa lagi soal dapil-dapilan. Ada apa gerangan di kepengurusan Golkar Lampung?
Namun, kesenioran Alzier kembali terlihat, langkah kudanya langsung ke Sekjen DPP Letnan Jendral (Purn) Haji Lodewijk Friedrich Paulus, tokoh Golkar yang memaksanya lengser dari kursi ketua Partai Golkar Lampung tahun 1996 untuk memuluskan jalan Arinal menguasai Partai Golkar sebelum “didorong” jadi gubernur Lampung.
Enam tahun kemudian, September lalu, pada saat perayaan pernikahan putra Arinal, Isfansa Mahani dengan Mareta Putri Yanti, rangkulan Alzier kepada Lodewijk langsung memulihkan semuanya, termasuk terbukanya pintu masuk Alzier kembali ke Partai Golkar.
Saya sebut langkah kuda karena tidak lurus seperti luncur dan benteng serta tidak selambat langkah satu-satu pion. Langkah politik Alzier lompat-lompat, sering out of box, bisa tiba-tiba ada di depan “perdana menteri” negeri ini.
Lewat langkah kudanya yang zig-zag, DPP Golkar mengeluarkan keputusan dirinya calon anggota DPR RI Partai Golkar dari Dapil 1 Lampung. Yang jadi pertanyaan kemudian, bagaimana bisa Lodewijk bahagia sedapil dengan pesaing beratnya: Alzier?
Apakah ada langkah kuda pula dari Lodewijk? Masak iya, wakil ketua DPR RI dan Sekjen DPP Golkar ini langkah politiknya hanya mentok di legislatif? Nah, waktu yang akan menjawabnya, habis Pilpres 2024 ya?
Pertanyaan serupa bisa juga kita tujukan ke Alzier. Apakah Alzier sudah tak kuat lagi bermanuver sehingga sudah merasa senang hanya bercita-cita duduk manis di Senayan?
Saya tak yakin, kaki belakang kuda bisa nyepak setiap saat, tanpa diduga. Nah, untuk yang ini, kita harus sabar menunggu episode berikutnya.
* JMSI Pusat, PWI Lampung,Pimred Helo Indonesia Lampung