Bandar Lampung (Journal sumatera) Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. terus berkontribusi untuk Provinsi Lampung. Terbaru, mantan Rektor Universitas Lampung (Unila) ini memimpim tiga perguruan tinggi melakukan penelitian tentang pulau wisata.
Hebatnya lagi, hasil penelitian kerjasama Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila , Program Studi Manajemen Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai, Program Studi Teknologi Rekayasa Elektronika, Politeknik Negeri Lampung, dan Program Doktor Ilmu Pertanian Unila tersebut telah dipublikasikan oleh IOP Publishing, penerbit prosiding konferensi terbesar di dunia.
Sebelumnya, hasil penelitian berjudul Motivasi Pedagang Dalam Pengembangan Usaha Ekowisata Hutan Pantai Berbasis : Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Lampung, ini juga telah disampaikan pada Seminar Internasional di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada September 2023 lalu.
“Penelitian yang dimuat Seri Konferensi IOP : Ilmu Bumi dan Lingkungan itu adalah penelitian tentang pulau-pulau wisata di Provinsi Lampumg. Saya dapat dana hibah pusat (Kemendikbudristek),” ujar Sugeng kepada Cyberindonesia.id pada Selasa, 26 Desember 2023.
Sugeng kemudian men-share hasil penelitiannya bersama tim. Terdiri Refi Arioen dari Program Studi Manajemen Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai, Machya Kartika Tsani dari Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila, Tomy Pratama Zuhelmi dari Program Studi Teknologi Rekayasa Elektronika, Politeknik Negeri Lampung, dan Sunaryanti dari Program Doktor Ilmu Pertanian Unila.
Sunaryanti dihubungi Selasa malam menuturkan bahwa penelitian dilakukan tim sejak Juni hingga Agustus 2023. Tahap 1, penelitian berkaitan dengan ekowisata. Tahap 2 tahun 2024 akan meneliti ekonomi kreatif masyarakat pulau-pulau kecil di Provinsi Lampung.
“Mudah-mudahan terus berlanjut tahun berikutnya terkait digitalisasi di pulau-pulau tersebut. Ini sih lebih pada kebijakan pemerintah (transformasi yang akan dijalankan),” tutur Yanti, sapaan akrab Sunaryanti.
Yanti menyebutkan bahwa pada tahap 1 penelitian meliputi 5 pulau. Masing-masing Pulau Sebesi di Kabupaten Lampung Selatan, Pulau Permata dan Pulau Pasaran di Kota Bandar Lampung, serta Pulau Pahawang dan Pulau Mahikam di Kabupaten Pesawaran.
“Potensi ekowisata paling bagus sebenarnya ada di Pulau Sebesi. Namun, pasca tsunami (Lampung-Banteng pada 22 Desember 208) dan pasca pandemi Covid-19, akses ke sana tidak pasti. Kadang kuota terpenuhi, kadang tidak,” kata Yanti.
Secara keseluruhan, yang paling baik untuk saat ini adalah Pulau Pahawang, di antara kelima pulau tersebut. Sebab, aksesnya mudah, masyarakatnya lebih terbuka dan melayani, serta paguyuban yang ada mendukung program sadar wisata.
“Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dan upaya pedagang dalam pengembangan usaha berbasis ekowisata hutan pantai. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi, kemudian dievaluasi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif,” ujar Yanti.***