SALAM JUMAT. Sahabat wartawan, tugas peliputan tak terlepas dari wawancara. Tugas ini untuk memeroleh data dan fakta sebelum menulis berita.
Tujuan wawancara untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat. Jadi, wawancara merupakan satu dari sejumlah cara mengumpulkan informasi atau menguji informasi awal yang kita terima.
Kunci sukses wawancara adalah ramah, netral, adil, dan hindari ketegangan. Wawasan dan atitude menjadi penentu dalam hal ini.
Karena itu, penting pemahaman. Wartawan perlu menguasai masalah dan tujuan wawancara. Tentukan topik, sudut padang, dan fokus liputan.
Kemudian, tentukan narasumber yang akan diwawancarai. Narasumber haruslah relevan dengan topik wawancara. Jadi, narasumber memiliki kompetensi dan pengetahuan pada bidangnya atau pihak berwenang dari institusi yang akan kita beritakan.
Tahap selanjutnya, idealnya wartawan menyusun draf pertanyaan. Hal ini agar wawancara lancar, mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan fokus liputan tidak melebar. Pada tahap ini, wartawan juga harus punya kemampuan mengembangkan pertanyaan dari jawaban narasumber.
Sahabat wartawan, dalm bahasan ini saya ingin fokus pada wawancara cegat atau door stop. Wawancara cegat adalah mengajukan pertanyaan kepada narasumber secara spontan. Si narasumber biasanya kepala negara, kepala daerah, pejabat negara, pimpinan partai politik atau organisasi, atau publik figur.
Bagi wartawan, wawancara cegat bisa sangat menguntungkan. Terutama bisa langsung mewawancarai narasumber yang sulit ditemui, atau sengaja menghindar dari wartawan agar tidak diekspose.
Keuntungan lainnya, bisa lebih cepat mendapatkan informasi serta dapat lebih leluasa mengajukan pertanyaan yang sensitif atau pertanyaan kunci dari sebuah persoalan. Apalagi bahan berita itu memang sangat dinanti pembaca.
Paling diuntungkan dengan wawancara cegat adalah wartawan media siber, televisi dan radio. Ia bisa langsung mengolah informasi dari narasumber untuk menjadi berita dan dipublish. Sebab, mereka bersaing siapa lebih cepat, akurat dan berkualitas, dalam menyampaikan informasi.
Namun, ada kekurangan wawancara cegat. Karena dilakukan mendadak dan spontan, wartawan acap kali kurang persiapaan. Bahkan, ada wartawan yang ikut-ikutan melakukan door stop padahal ia tidak memahami persoalan. Alhasil, ia hanya jadi penonton pada liputan ini. Tak ada satu pertanyaan pun yang diajukan.
Kekurangan berikutnya adalah pada si narasumber sendiri. Adakalanya narasumber tidak nyaman. Apalagi dadakan. Pertanyaan wartawan sangat sensitif pula. Misalnya, menyangkut personal. Rahasia negara. Soal korupsi. Soal persitiwa yang viral. Sementara si narasumber belum mendapat laporan resmi atau tidak memiliki data akurat.
Terlebih lagi pertanyaan di luar konteks. Misalnya, narasumber adalah kepala daerah. Wartawan menghadang dan mengajukan pertanyaan terkait dinamika partai politik yang mengusung kepala daerah itu. Sungguh tidak tepat.
Untuk itu, wartawan harus memahami dan menerapkan Kode Etik Juarnalitik (KEJ) dalam menjalankan kerja-kerjanya. Pasal 2 menyebutkan bahwa, “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam menjalankan tugas jurnalistik.”
Juga dalam pasal 9 KEJ. Bahwa, “Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.”
Dalam Uji Kompetensi Wartawan (UKW), wawancara cegat masuk materi uji jenjang Muda. Narasumber dihadirkan oleh panitia penyelenggara yang disetujui oleh Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW). Narasumber hadir mulai dari materi uji bahan liputan acara terjadwal atau konferensi pers (baca tulisan sebelumnya, Liputan Terjadwal: Gigih Gali Data dan Fakta).
Peserta UKW dinilai kemampuannya dalam menyampaikan pertanyaan yang relevan dari paparan narasumber saat materi uji liputan terjadwal. Dinilai pula kemampuan mengembangkan pertanyaan dari jawaban narasumber atau dari pertanyaan perserta UKW lainnya.
Ajukan pula pertanyaan terhadap jawaban yang multitafsir, verifikasi ulang jika ada penyebutan bahasa asing atau bahasa daerah, nama dan jabatan narasumber. Jangan lupa catat, rekam dan dokumentasikan, semua jawaban narasumber.
Sebelum clossing wawancara cegat, minta nomor kontak narasumber. Pastikan bisa dihubungi setiap saat. Ini penting untuk memperbaharui data jejaring, liputan berkelanjutan, dan penggarapan kerjasama publikasi maupun event yang berkaitan dengan narasumber.
Berikutnya, buatlah laporan. Ingat! Bukan menulis berita. Tapi laporan dari proses wawancara cegat. Yaitu, pertanyaan yang kita ajukan dan jawaban narasumber. Semoga sukses menerapkannya.***